Sabtu, 27 Februari 2010 By: obet

Harta Karun di Tengah Jakarta

Susah cari uang di Jakarta?..Yapp..mungkin benar. Namun, mencari harta karun tampaknya tidak begitu sulit sekali. Tinggal naik angkot ke tengah Jakarta dan langkahkan kaki dengan riang ke sebuah tugu beton nan menjulang berjudul Monas yang pada ujungnya terdapat emas.
Namun percayalah bahwa emas itu tidak begitu saja tumbuh dan bersemi di atas beton dengan sendirinya. Dahulu....Monas dibangun dari tahun 1961-1965, emas itu ditambang dari sebuah daerah terpencil bernama Lebong Tandai di Bengkulu Utara. Proses pengangkutannya pun penuh perjuangan menggila. Yaitu dengan menggunakan lokomotif bertenaga uap, sepanjang 33,5 km yang rawan longsor dan berliku-liku. Jalannya diapit oleh tebing setinggi 25 meter dan bibir sungai yang curam. Salah langkah sedikit, akan mengakibatkan jiwa melayang beserta emas hasil tambang..

Monas dirancang oleh F.Silaban, arsitektur asli Indonesia (tapi saat itu perancangannya juga dibantu sama beberapa ahli Jepang dan Italia, biar akrab...), tinggi peralatan Monas mencapai 115 meter. Lalu, lidah api kemerdekaan sebenarnya tidak semuanya murni emas. Terbuat dari 14,5 ton perunggu dilapis sama emas murni seberat 35 kg dengan ketinggian 14 meter.

Berapakah biaya membangun Monas itu??...Ternyata hanya 7 miliar aja. Halah, uang sebanyak itu hanya bisa beli mobil jaguar di warung sebelah..hahaha..Terus, kalau dibandingkan dengan uang negara kita yang dialirkan keluar negeri oleh para koruptor masih kalah jauh! Tapin 7 miliar pada zaman itu terbilang cukup banyak..yaahh kira-kira setara dengan 42 triliun lah kalau dibandingkan dengan zaman sekarang ini.

Ternyata selain menggunakan uang kas negara, rakyat-rakyat juga ikut menyumbang! Saat itu Bung Karno berkata kepada segenap rakyat "Kita membangun Tugu Nasional untuk kebesaran bangsa! Saya harap seluruh bangsa Indonesia membantu pembangunan Tugu Nasional itu!"
Mendengar kata-kata Bung Karno itu, rakyat pun menggelora dan ikut untuk menyumbang. Mulai dari yang menyumbang berkantong-kantong tas berisi uang, sampai sekedar cincin emas warisan, semua demi kecintaan terhadap negara. ihiks...mengharukan.

Di tugu nasional itu harta karunnya bukan hanya emas yang ada di ujung pangkalnya saja. Cobalah sesekali Anda intip ke dalam, misalnya Ruang Proklamasi yang letaknya enam meter di bawah permukaan tanah Monas itu dilapisi dengan emas dengan berat total 22 kg. Harta karun sungguh!!

Mungkin Anda mengira apa yang dilakukan Bung Karno adalah membuang uang sia-sia. Tapi jangan asal mengambil kesimpulan. Mari kita dengarkan apa kata Bung Karno... "Kita tidak membangun sebuah Monumen Nasional yang berharga setengah juta dolar hanya untuk membuang uang. Tidak! Kita sedang membuat ini, karena kita menyadari bahwa sebuah bangsa yang hebat, jiwanya dan hasratnya adalah kebutuhan yang absolut untuk kehebatannya, harus disimbolkan dengan sebuah benda materiil, sebuah benda yang hebat, yang kadang akan membuka mata dari bangsa-bangsa lain dengan penuh kekaguman!"

Maka sore ini pergilah ke Lapangan Merdeka, tataplah harta karun megah yang terpancang di tengah-tengahnya itu. Lalu, simpanlah dalam-dalam hasrat anda untuk dapat memiliki harta karun tersebut..
hehehe
gimana?..
masih berniat mencari harta karun lagi?...
:)

Salam Hijau.....

0 komentar:

Posting Komentar