Rabu, 02 Juni 2010 0 komentar By: obet

Pembuatan Preparat dan Pengecatannya

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jaweta, 1986; Dwidjoseputro, 1994; Assani, 1994).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan, 1986; Volk & Wheeler, 1993; Lim, 1998).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewarnaan gram pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histologi yaitu Cristian Gram (Cappuccino & Sherman, 1983).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi

Sebuah Harapan Kapada Ketua Angkatan THH 46

Setelah selama ini pemilihan ketua angkatan selalu tertunda akibat ketidakcocokan jadwal, akhirnya saat ini Keluarga THH 46 telah resmi memiliki seorang ketua. Tidak mudah utnuk menentukan siapa ketua diantara kami. Banyak sanggahan dan perdebatan-perdebatan seru saat pemilihan terjadi. Tapi tidak sampai menimbulkan tindakan anarkis ataupun tawuran kayak anak SMA. Hehehe . Acara pemilihannya dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2010 di pelataran Gymnasium IPB jam 17.00. Ketua angkatan itu bernama Farid Permana Putra, seorang manusia yang berasal dari Padang. Dengan ciri khas kacamatanya yang ternyata hanyalah hiasan belaka tanpa lensa. Katanya sih biar nggak mengantuk. Obet juga bingung kenapa begitu. Selain itu gayanya yang sering menggaruk kepala saat berbicara ini ternyata mampu membuat kami percaya untuk memilihnya menjadi ketua angkatan melalui musyawarah (kenapa bisa??). Karena poin-poin dibawahlah yang mampu menjelaskannya. Tapi sebenarnya garuk kepala itu bukanlah menjdi daya tarik bagi kami, terutama Obet. hahaha
Senin, 31 Mei 2010 0 komentar By: obet

Menjadi Apapun Dirimu

Menjadi seperti karang-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia ‘kan menahan sengat sinar matahari yang garang. Sebab ia ‘kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia ‘kan melawan banyu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia ‘kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia ‘kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus. Sebab ia ‘kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.

Menjadi seperti pohon-lah, yang tinggi menjulang, meski itu tak mudah. Sebab ia ‘kan tetap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia ‘kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia ‘kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia ‘kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia ‘kan menahan gempita hujan yang merubuhkan. Sebab ia ‘kan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia ‘kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia ‘kan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.

Menjadi seperti ikan paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipakannya, ia ‘kan menggetarkan ujung sanudera. Sebab besar tubuhnya ‘kan menakutkan musuh yang coba mengganggunya. Sebab sikap diamnya ‘kan buat tenang laut dan seisinya.

Menjadi seperti elang-lah, dengan segala kejantanannya. Meski itu juga tak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk